Minggu, 27 Februari 2011

China Antisipasi Seruan Demo

Sunday, 27 February 2011 Image

DIKEPUNG,
Beberapa pria yang diduga aparat keamanan China berbaju preman, mengepung seorang wartawan asing, setelah mereka mendorongnya jatuh ke jalan di pusat pertokoan Wangfujing kemarin. Muncul seruan melalui internet untuk menggelar Revolusi Melati di China.

BEIJING(SINDO) – Perdana Menteri (PM) China Wen Jiabao,kemarin, berjanji mengatasi persoalan korupsi, inflasi,dan pertumbuhan ekonomi.Janji itu disampaikan demi meredam seruan demonstrasi di 13 kota besar China. Pemerintah China tampaknya tidak ingin mengambil resiko dengan mengabaikan desakan publik, seiring gejolak revolusi yang bergema di Timur Tengah dan Afrika Utara.

“Tujuan pembangunan ekonomi kita adalah untuk mempertemukan orang-orang dengan kebutuhan budaya serta materi yang berbeda. Selain itu, (pembangunan ekonomi) ditujukan meningkatkan standar kehidupan rakyat miskin,” paparnya. Ditambahkan Wen, Pemerintah China akan menanggulangi masalah penyediaan barang kebutuhan rumah tangga, memberantas spekulasi properti, serta memastikan nilai perdagangan bahan pangan pokok dan komoditaskomoditas ekspor Negeri Tirai Bambu.

“Laju peningkatan harga telah memengaruhi kehidupan masyarakat dan akhirnya stabilitas nasional,”tandasnya. Inflasi China nyaris mencapai angka tertinggi selama dua tahun terakhir. Januari lalu, inflasi Negeri Tirai Bambu tercatat di atas 4,9%. Dari sekian barang yang diperdagangkan, bahan kebutuhan pokok menjadi perhatian utama para pengamat ekonomi. Menurut pengamat, harga-harga bahan kebutuhan pokok terus melonjak.

Sebenarnya tidak mengherankan mengingat barangbarang yang terdaftar dalam bahan kebutuhan pokok di China punya sejarahnya sendiri. Bahan kebutuhan pokok cenderung terus melonjak setiap tahun. Bukannya merosot, seperti yang diharapkan warga China. Janji Wen terlontar setelah sebuah situs misterius mendesak rezim komunis China supaya bersikap lebih terbuka.Transparansi adalah yang dibutuhkan publik, khususnya mereka yang berstatus warga negara China.

Desakan itu tidak hanya ditujukan terhadap pemerintah China. Muncul pula seruan demonstrasi di 13 kota besar China. Meski bergitu, ajakan tidak mengacu pada serangkaian aksi politis yang dilakukan secara terang-terangan. Rencana unjuk rasa itu bagai rumor yang terus menguat. Terbukti, kemarin,tidak terlihat kumpulan demonstran di beberapa titik yang sempat dilaporkan ke kantor kepolisian.Padahal,kepolisian Beijing sudah mengerahkan sedikitnya 300 polisi berpakaian preman di beberapa titik yang diduga bakal dipadati demonstran.

Khawatir demonstran mengambil rute yang berbeda dari rencana semula,polisi lantas menyisir kawasan pertokoan Wangfujing. Seorang reporter AFP mengaku sempat melihat beberapa truk militer bergerak mendekati titik-titik demonstrasi. Truk-truk militer itu melaju di jalanan yang sisi-sisinya dihiasi spanduk. Sebagian besar spanduk menyerukantuntutanserupa,yakni adanya perbaikan kondisi di China. Seorang fotografer AFPsempat mendekati kawasan yang dijaga polisi.

Namun, dia dihentikan personel keamanan dan akhirnya diminta menjauh dari lokasi.Kepada fotografer, polisi kembali mengingatkan supaya tidak mengoperasikan kamera di sekitar lokasi yang mendapat penjagaan ketat. Sementara itu,dilaporkan pula bahwa polisi telah meningkatkan level tuntutan subversif terhadap sejumlah aktivis China. Selain itu, sejumlah kelompok pembela hakhak asasi manusia mengungkapkan, beberapa aktivis masih ditahan dan sekian lainnya belum ditemukan.

Efek domino dari revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara tampaknya merambah ke China. Sepekan lalu, para demonstran menggelar protes damai di beberapa kota besar China. Mereka melakukan aksi protes lewat serangkaian pertunjukan seni.Alhasil,demonstrasi tidak hanya diterjemahkan sebagai protes saja,tetapi juga hiburan bagi beberapa wisatawan yang melintas di sekitar lokasi. Para pengakses situs jejaring sosial dan microblogging seperti Facebook,Twitter,dan Youtube bersatu dalam demonstrasi untuk memprotes kebijakan pemerintah China.

Mereka kesal karena pemerintah China telah memblokir situs-situs kesayangan mereka. Revolusi Melati, demikian penyeru demonstrasi di China menamai tajuk protes mereka hari itu. Istilah yang diberikan memang bukan sembarang nama.Penamaan merujuk pada gerakan di Tunisia yang disebut revolusi melati. (AFP/BBC/anastasia ika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar