Minggu, 27 Februari 2011

Masyarakat Modern Asia Masih Percaya Takhayul

Sunday, 27 February 2011 Meski di sebagian masyarakat Asia telah akrab dengan teknologi tinggi dan kerap membanggakan logika, mereka masih percaya dengan takhayul.Berkonsultasi dengan peramal dan dukun pun menjadi aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan.

ITU dialami Shen Yi-ching yang selalu mengonsultasikan berbagai aktivitasnya dengan peramal.Apalagi, saat harus memutuskan masalah besar dan penting dalam kehidupan seperti menentukan tanggal pernikahan, Shen pasti akan mendatangi peramal. “Itu hanya untuk mencari keberuntungan dan ketenangan pikiran. Saya lebih memilih selamat dibandingkan musibah,” ujar Shen,38,guru asal Taiwan tersebut.

Baru-baru ini dia berkonsultasi dengan peramal untuk mendapatkan nama bagi putranya. Bagaimanapun, tua dan muda, kaya dan miskin, praktek spiritual kuna dan kepercayaan terhadap tradisi masih melekat pada kebanyakan masyarakat Asia. Ini terjadi meskipun modernisasi telah mewarnai kehidupan mereka dan teknologi canggih menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian. Kalangan masyarakat China pun masih sangat kental dengan pengaruh takhayul.

Kemudian, masyarakat Korea dan Thailand juga kerap memanfaatkan jasa peramal untuk mencari rumah yang ideal,membangun kantor,dan melakukan pemakaman. Kebanyakan gedung pencakar langit di Hong Kong dibangun dengan pedoman feng shui. Hal yang sama juga terjadi di Singapura. “Orang tidak ingin mendapatkan kemalangan. Orang sukses puningin mempertahankan kekayaan mereka,” ujar Dave Hum dari Konsultan Feng Shui Klasik di Singapura.

Kepercayaan terhadap takhayul bisa menjadi mengarah ke sesuatu yang ekstrem. Pengusaha properti asal Hong Kong Nina Wang, misalnya, dia dituding menghabiskan ratusan juta dolar untuk ritual feng shui ketika dia menderita kanker. Tentu saja, kabar itu menjadi berita biasa di Hong Kong. Kemudian,banyak orang China yang mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan nomor telepon dan nomor kendaraan bermotor yang mengandung angka delapan karena dianggap sebagai angka keberuntungan, dalam pelafalan bahasa Mandarin dan Kanton.

Kebalikannya,angka empat sangat dihindari mereka karena ketika dilafalkan sama seperti kata “kematian”. Maskapai penerbangan Sichuan di China bahkan harus merogoh anggaran senilai USD280.000 untuk mendapatkan nomor telepon 8888-8888. Di sisi lain,Marina Bay Sands and kasino Resorts World Sentosa pertama kali diluncurkan di delapan lokasi dan delapan kali acara pembukaan. Sementara itu,di Taiwan,angka kelahiran mengalami penurunan tajam pada Tahun Harimau karena bayi, terutama perempuan, yang lahir pada tahun tersebut dianggap kurang beruntung.

Kantor berita AFP juga mencatat, masyarakat Jawa di Indonesia sangat percaya dengan penghitungan kalender bulan yang diciptakan pada abad 17 oleh Sultan Mataram. “Jika sesuatu diawali dengan baik, kebaikan akan mengikut,” ujar Imam Syafei, 35, pengusaha kontraktor, kepada AFP. Tidak hanya itu,menurut AFP, sebagian besar konglomerat Indonesia dilaporkan sering mengirimkan utusan ke Gunung Kawi di Jawa Timur. Mereka percaya dengan memberikan persembahan tertentu, keberuntungan bisnis mereka akan berlipat ganda.

Masyarakat India juga sangat percaya dengan astrologi dan ilmu angka.Keduanya dipercaya dapat memprediksi masa depan. Sementara di Sri Lanka,pemerintah harus berkonsultasi dengan peramal ketika akan menyerang pemberontak.“ Orang tidak selalu memiliki kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan.Mereka sering percaya takhayul sebagai jalan keluar,” papar Sosilog Chudamani Basnet di Nepal. (AFP/andika hm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar